Ali, Ramsah (2019) Aktualisasi Akhlak Bagi Remaja Dalam Budaya Gayo Di Kabupaten Aceh Tengah. Doctoral thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
|
Text
KOMBINASI DISERTASI RAMSAH.pdf Download (3MB) | Preview |
Abstract
Secara spesifik fenomena dari pengaruh modernisasi ini terhadap pendidikan anak di Gayo yaitu; pertama, menipis spiritualisme yang terlihat dari kurangnya melakukan ibadah baik shalat wajib, puasa ramadan diakibatkan minimnya ilmu keislaman yang mereka miliki. Kedua, remaja lebih dependen dan serba instan karena mereka kurang berkreasi dalam menciptakan keterampilan. Ketiga, degradasi moral berupa kepribadian yang semu dimana mereka kurang mengindahkan tata kerama adat istiadat, tidak menggunakan tutur tradisi Gayo kepada anggota keluarga. Mereka pergi ke pasar membeli apa saja yang mereka kehendaki, sehingga mereka tidak mampu mandiri dalam menjalani kehidupan. Keempat, silaturrahim berkurang sehingga lebih mementingkan individu dan kepentingan sesaat. Adapun tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui aktualisasi akhlak bagi remaja dalam budaya Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bentuk-bentuk aktualisasi akhlak bagi remaja dalam budaya Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. (2) Langkah-langkah aktualisasi akhlak bagi remaja dalam budaya Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. (3) Kendala tentang aktualisasi akhlak bagi remaja dalam budaya Gayo di Kabupaten Aceh Tengah. Penelitian ini merupakan jenis studi lapangan yang menggunakan metode mode of inquiry qualitative, dengan pendekatan fenomenologi. Bentuk-bentuk aktualisasi akhlak remaja dalam budaya Gayo di Kabupaten Aceh tengah terdiri dari beberapa bentuk yaitu: pertama, Akhlak yang melekat dalam karakteristik nilai-nilai budaya Gayo yang merupakan kearifan lokal dalam masyarakat Gayo terangkum dalam nilai dasar budaya yang merepresentasikan filosofi, peri mestike, pandangan hidup dan akhlak ideal yang hendak di capai. Terdapat tujuh nilai budaya Gayo, dimana terdapat satu nilai puncak yang merupakan representasi kearifan lokal yang berbasis nilai-nilai Islami. Sistem nilai budaya Gayo menempatkan harga diri (mukemel) sebagai nilai utama. Untuk mencapai tingkat harga diri tersebut, seseorang harus mengamalkan atau mengacu pada sejumlah nilai penunjang, yakni: mukemel (malu), tertip (tertib atau patuh pada peraturan), setie (setia atau komitmen) semayang-gemasih (kasih sayang atau simpatik) mutentu (professional atau kerja keras), amanah (integritas), genap-mupakat (musyawarah atau demokratis), alang-tulung (tolong-menolong atau empatik), dan bersikemelen (kompetitif). Kedua, akhlak dalam bertutur kata. Ketiga, akhlak berdasarkan larangan-larangan adat (edet) Gayo yang terdiri dari, kemali, sumang, jis, jengkat dan dawa opat. Langkah-langkah aktualisasi akhlak remaja dalam budaya Gayo di Kabupaten Aceh Tengah terdiri dari beberapa langkah, langkah yang dimulai dari diri orangtua sendiri dan sebelum anak dilahirkan ke dunia. Adapun langkah-langkahnya yaitu: pertama, sebelum masa remaja akhir (late adolescent) melaksanakan pernikahan, aktualisasi akhlak yang tercermin sebelum pernikahan terdiri dari bersibetehen dan hamal tidur nipi jege. Kedua, dalam masa remaja akhir (late adolescent) melaksanakan proses pernikahan, aktualisasi akhlak tercermin dari berguru. Ketiga, setelah masa remaja akhir (late adolescent) melaksanakan pernikahan, aktualisasi akhlak yang tercermin dari diri orang tua yang akan menjadi panutan dan suri tauladan bagi anak-anaknya, orang tua sudah berkewajiban membimbing akhlak anak-anaknya mulai sejak anak berada dalam kandungan, dalam budaya Gayo ada empat kewajiban orang tua terhadap anaknya yang disebut utang opat: turun mani (turun mandi), njelesen (menyunat rasulkan), serahen ku guru (penyerahan kepada guru) dalam pendidikan agama dan umum dan iluwahi (menikahkan). Kegiatan di atas merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam pengaktualisasian akhlak anak-anak remaja. Keempat, bujang berama beru berine (anakanak berguru pada orang tua kandung dan orang tua kandung pun bertanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak). Kelima, bujang berine beru berama (anak-anak berguru pada seluruh orang tua yang ada di kampung dan semua orang tua yang ada di kampung bertanggungjawab juga terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat). Peluang dalam aktualisasi akhlak remaja dalam budaya Gayo bahwa, umat muslim di Aceh Tengah berjumlah 99,62%, memiliki pesantren tradisional maupun modern, Sekolah/madrasah dan perguruan Tinggi Islam, sapras ibadah yang memadai. Hal ini bisa terlaksana dengan baik harus meningkatkan dan mengaktifkan LPTQ, diperbanyak sosialisasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi serta memberikan hukuman dan sanksi yang tegas sesuai dengan syariat dan hukum adat Gayo serta menjalin kerjasama yang instens terhadap SKPK, Muspida, muspika dan pemangku kebijakan yang lainnya termasuk MPU, MAG, MPD, DAG, serta sarak opat dan menjalankan hukum adat/peradilan Gayo. Kendala-kendala dalam aktualisasi akhlak remaja dalam budaya Gayo yaitu, dengan masuknya budaya luar ke daerah Gayo, dimana dengan masuknya budaya luar membuat remaja lebih memilih mengikuti budaya luar, hal ini juga disebabkan generasai muda lebih memahami budaya luar ketimbang nilai-nilai budaya dan hukum adat/peradilan Gayo sendiri.
Jenis Item: | Skripsi (Doctoral) |
---|---|
Subjects: | 2X5 AKHLAK DAN TASAWUF > 2X5.1 Ahlak |
Divisions: | Program Pasca Sarjana > Program Doktor > Disertasi Doktor |
Pengguna yang mendeposit: | Ms Novita Sari |
Date Deposited: | 31 Aug 2020 15:22 |
Last Modified: | 31 Aug 2020 15:22 |
URI: | http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/9399 |
Actions (login required)
View Item |