Islam politik di Indonesia analisis historis terhadap pergerakan politik Masyumi (1945-1960)

Harahap, Rizki Pristiandi (2014) Islam politik di Indonesia analisis historis terhadap pergerakan politik Masyumi (1945-1960). Masters thesis, Pascasarjana UIN-SU.

[img]
Preview
Text
Tesis Rizki Pristian Harahap.pdf

Download (1MB) | Preview

Abstract

Salah satu prestasi Islam politik dalam menciptakan idiologi Negara yang berbentuk Islam adalah lahirnya piagam Jakarta yang dicantumkan didalam nya tentang kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya. Namun, sehari setelah kemerdekaan Republik Indonesia,Unsur keislaman terpaksa dihilangkan. Kebijakan ini dilakukan demi menjaga keutuhan dan kesatuan RI, Oleh karena itu, perubahan terhadap piagam Jakarta telah mendorong golongan islam untuk mengadakan kongres pada tanggal 7-8 Nopember 1945, dan terbentuklah Masyumi sebagai wadah perjuangan golongan Islam.Mulai saat itulah Islam politik memperjuangkan terbentuknya suatu Negara yang beridiologi Islam, paling tidak memenrima piagam Jakarta sebagai idiologi Negara tanpa perubahan. Tulisan ini diulas dengan menempuh tiga cara yaitu Pertama, mengumpulkan data baik primer maupun sekunder, kedua, merinci unsur-unsur yang diperlukan untuk mendukung data dan melakukan penafsiran , dan ketiga , menampilkan pola perjuangan partai masyumi dalam memposisikan islam politik di Indonesia. Berdasarkan langkah kerja tersebut, penulis menggunakan dua metode kajian, yaitu deskriptif analisis dan historis. Islam telah memberikan andil yang besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari belenggu penjajahan, baik perjuangan secara fisik maupun non fisik. Dalam era kemerdekaan, Masyumi sebagai partai Islam memperjuangkan Islam sebagai idiologi Negara. Oleh karena itu, Masyumi sebagai symbol politik di Indonesia yang Keberadaan partai masyumi dalam kancah politik di Indonesia akhirnya dibubarkan oleh presiden pertama Indonesia yaitu Ir,Sukarno. Beberapa yang menjadi alasan pembubaran partai masyumi , diantaranya karena asas dan ide perjuangannya dipandang sangat bertentangan dengan lawan-lawan politiknya dalam Majelis konstituante, menentang kebijakan presiden sukarno tentang demokrasi terpimpin, dianggap menghambat proses revolusi, dituduh terlibat dalam PRRI, dan sianggap melindungi DI/TII. Secara inplisit, keberhasilan masyumi dalam Majelis konstituante masih dibawah harapan, Masyumi dalam perjuangannya di majelis konstituante gagal mengembalikan kalimat “dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya”yang terkandung dalam piagam Jakarta menjadi idiologi Negara . hal ini menimbulkan kekecewaan yang mendalam bagi penganut Islam. Pola perjuangan masyumi yang menginginkan Negara berbentuk Islam telah melahirkan sikap curiga pemerintah terhadap islam secara berlebihan, bahkan mencurigai setiap tokoh Islam yang muncul dalam ajang perpolitikan di Indonesia hingga berakhirnya masa orde baru. iv 6 Berdasarkan kajian ini ditemukan banwa untuk mewujudkan sebuah Negara yang beridiologi Islam tidaklah mungkin menurut pihak lawan politik Islam karena dalam Islam tidak ada suatu aturan yang jelas untuk mengatur bentuk kehidupan dalam bernegara. Hal ini terlihat dalam dialog majelis konstituante, dimana tidak ada seorang tokoh Islam politik pun yang mengemukakan cara mengelola sebuah Negara menurut Islam, meskipun menurut golongan Islam politik masalah itu dapat diselesaikan dengan cara ijtihad.

Jenis Item: Skripsi (Masters)
Subjects: 2X6 SOSIAL DAN BUDAYA > 2X6.2 Politik
Pengguna yang mendeposit: Mr. Imran Benawi
Date Deposited: 31 Oct 2017 02:59
Last Modified: 31 Oct 2017 02:59
URI: http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/2811

Actions (login required)

View Item View Item