Thohir, Kholis (2016) Kurikulum Dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi Di Kecamatan Kresek Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Masters thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
|
Text
Disertasi Kolis.pdf Download (2MB) | Preview |
Abstract
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tertua yang ada di pulau Jawa, diperkenalkan sekitar 500 tahun yang lalu. Merupakan model pendidikan Islam pertama di Indonesia. Keberadaannya mengilhami model dan sistem pendidikan yang ditemukan saat ini. Pondok pesantren di Jawa itu membentuk banyak macam jenis. Perbedaan jenis tersebut dapat dilihat dari segi kurikulum dan sistem pembelajaran yang diterapkan. Suatu hal yang menarik dalam kontek ini adanya pondok atau asrama. Metode pengajaran yang terkenal di kalangan pondok pesantren adalah metode sorogan dan bandongan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kurikulum dan sistem pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren salafi kecamatan Kresek kabupaten Tangerang. Secara rinci, permasalahan pokok yang dikaji pada disertasi ini adalah: bagaimana kurikulum dan sistem pembelajaran yang diterapkan, dan mengapa kurikulum dan sistem pembelajaran masih tetap dipertahankan. Kajian ini menggunakan pendekatan historis. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode Kualitatif. Dalam mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pengkajian dokumen, langkah yang ditempuh dalam menganalisis data yaitu dengan cara menyusun data, menghubungkan data, mereduksi, menyajian dan kemudian disimpulkan. Sedangkan untuk mencapai keterpercayaan data penelitian yang telah dikumpulkan, berikutnya dilakukan pengujian keabsahan data meliputi: kepercayaan (credibility), keteralihan (tranferability), kebergantungan (defendability), dan kepastian (komfirmability). Hasil temuan menunjukkan bahwa pondok pesantren salafi di kecamatan Kresek terdiri dari dua jenis, yaitu pondok pesantren salafi khusus dan campuran. Kurikulum yang diterapkan terdiri atas kurikuler, ko-kurikuler dan ekstrakurikuler. Kurikulum disusun oleh kiai berdasarkan kebutuhan masyarakat secara umum yang berkenaan dengan ibadah dan mu’amalat, serta kompetensi yang dimiliki kiai. Intrakurikuler pada pondok pesantren salafi khusus mengajarkan meteri-materi kejuruan. Sedangkan pada pondok pesanten salafi campuran mengajarkan semua bidang keilmuan agama dari mulai fikih, hadis, tafsir dan tauhid. Penekanan kokurikuler pondok pesanten salafi khusus dan salafi campuran adalah bidang ilmu alat yang meliputi; nahwu, saraf, balagah dan mantik. Guna menyalurkan bakat dan minat santri diadakannya ekstrakulikuler yang meliputi; kegiatan nasyid, marawis, jam’iyah al-qurra’ tahlilan, dan penca silat. Waktu yang digunakan setelah subuh, pagi dari pukul 09.00 samapai menjelang zuhur, jam 14.00 hingga Asar, dan malam hari setelah Isya sampai jam 22.00. Pengembangan kurikulum pondok pesantren salafi pada dasarnya tidak dapat dilepaskan dari kebutuhan masyarakat. Tujuan dari pengembangan kurikulum adalah memperluas wawasan santri dalam berbagai disiplin ilmu agama. Misalnya pengajaran tentang fikih, maka kitab fikih yang diajarkan dari mulai tingkat dasar seperti kitab fathu al-qarib, kemudian fathu al-mu’in dll. Metode yang diterapkan masih tetap mempertahankan metode klasik, seperti sorogan, bandongan, hafalan dan juga bahsu al-masa’il. Sorogan diterapkan untuk materi penunjang seperti nahwu, dan saraf, waktunya setelah salat subuh baik di rumah kiai maupun di majlis ta’lim. Bandongan dan hafalan dilakukan di majlis ta’lim dengan waktu yang telah ditentukan. Kelebihan metode sorogan terjadinya intraksi secara langsung antara kiai dengan santrinya, sehingga kiai secara langsung mengetahui kemampuan santri, terutama disaat santri menirukan apa yang ucapkan kiai. Sedangkan bandongan atau wetonan, santri dapat mengetahui serta menguasai bahasa kitab yaitu, bahasa Arab, dengan cara memaknai kalimat yang terdapat dalam kitab. Selain itu kelebihan metode ini adalah kejelian. Metode hafalan. Metode ini digunakan untuk materi-materi yang bersifat penting dan juga menunjang. Seperti ilmu nahwu. Cara yang dilakukan oleh kiai untuk menguasai ilmu tersebut dengan menghafal. Bahasa yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah bahasa daerah. Media yang digunakan dalam pembelajaran adalah kitab klasik, dan pulpen. Tujuan yang diharapkan adalah memperdalam ilmu agama. Pondok pesantren salafi tidak melakukan evaluasi belajar secara resmi sebagaimana dilakukan oleh sekolah ataupun madrasah. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa pondok pesantren salafi di kec. Kresek kab. Tangerang masih tetap mempertahankan pola lama baik dari segi kurikulum maupun sistem pembelajaran. Diharapkan kepada pengasuh pondok pesantren hendaknya peka dengan perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga akan memudahkan santri dalam meningkatkan kompetensinya dalam memperdalam ilmu agama.
Jenis Item: | Skripsi (Masters) |
---|---|
Subjects: | 300 Social sciences > 370 Education |
Divisions: | Program Pasca Sarjana > Program Magister > Thesis Master |
Pengguna yang mendeposit: | Ms Novita Sari |
Date Deposited: | 14 Aug 2019 04:37 |
Last Modified: | 14 Aug 2019 04:37 |
URI: | http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/6343 |
Actions (login required)
View Item |