Ketika lahir kedunia, manusia sudah mendapati kemenangan. Kemenangan perdana berada di dunia setelah mengalahkan jutaan sel-sel yang bertarung di alam rahim. Terpilih menjadi manusia yang hadir turun ke dunia untuk melanjutkan kehidupan, melewati fase takdir, membuktikan keterpilihan yang tepat, berkontribusi membangun kehidupan, menebar manfaat dengan energi ketaatan kepada Khalik.
Kemengan menjadi bahasa uphoria dalam pertandingan. Pertandingan diciptakan untuk “meng-adu kuat” siapapun yang berada di dalamnya. Ada start dan finish, ada mekanisme dan ada pula hasil. Kemenangan sering berakhir pada saat pengumuman. setelah itu kemenangan seperti kehilangan makna dan tujuan.
Kompetisi dan kemenangan harusnya diciptakan sebagai cara menemukan kebenaran, menemukan kecepatan, daya saing menuju keharmonisan, tanggung jawab dan ke-amanahan. Sebab hasil dari kompetisi bukan hanya menemukan pemenang, tapi merumuskan dan menguatkan kemenangan dengan tanggung jawab dan ke- amanahan. Kemenangan di mulai dari sana. Kemenangan tidak akan pernah ber-akhir sampai kompetisi berikutnya.
Manusia diciptakan atas kemenangannya. Kemenangan berikutnya adalah keterpilihan menjadi khalifah di muka bumi. Meski itu hak absolut Allah, namun keterpilihan itu bukan tanpa maksud dan syarat. Pernyataan tentang kesempurnaan manusia diantara makhluk lain bukan hanya sebagai pernyataan, tapi disertai dengan pertanggung jawaban. Apakah benar?, apakah mampu?, apakah sesuai ekspektasi?. Ini pertanyaan makhluk lain kepada manusia yang terlanjur menjadi pemenang.
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan katrena perbuatan tangan manusia” (QS Ar Ruum 41). Allah menginformasikan ayat ini bukan sebagai berita saja, namun harus dimaknai sebagai pengingat, nasehat, sindiran, ancaman yang menimbulkan I’tibar agar tetap menjaga kemenangan sebagai makhluk yang paling sempurna dengan penuh tanggung jawab (Al furqan; mampu membedakan baik dan buruk)
Siapapun yang menjadi pemenang dalam kompetisi harus memahami dengan utuh bahwa yang paling penting dari sebuah kemenangan dalah tanggung jawab dan ke-amanahan. Kompetisi temporal hanya sekedar menguatkan takdir tanggung jawab. Sebab yang original dari semua proses tersebut adalah ke-amanahannya, bukan kemenangannya. Karena pemenang adalah hasil akhir dari semua tanggung jawab.
Untuk memperolah kemenangan, jangan jahat. Karena kemenangan yang didapat atas jalan yang jahat membuktikan hilangnya ke-amanahan. Silahkan ber-ikhtiyar tapi jangan merusak, jangan memfitnah, jangan mendzalimi, jangan menjelek-jelekkan sebab semua itu menjadi nilai ketidak- amanahan. Untuk apa menjadi pemenang, kalau tidak mampu amanah dan bertanggung jawab.
Esensi kemenangan itu salah satunya telah ditegaskan Allah dalam Alquran Surah An Nasr. “Apabila telah datang pertolongan Allah dan Kemenangan, dan kamu melihat manusia masuk dalam agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan memohon ampunlah kepadaNya, sesungguhnya dia Maha Penerima taubat.”. jika kemenangan sudah di awali dari pertolongan Allah, maka kemenangan itu akan membaguskan sikap ketauhidan, sikap kemanusiaan, sikap pertanggungjawaban, profesionalisme sebab semua yang dimenangkan Allah berbondong-bondong (bukan hanya pemimpinnya, tapi juga semua masyarakatnya) masuk dalam agama Allah, paham,, patuh dan taat serta loyal pada semua itu hanya karena Allah Swt.
Jika semua itu terjadi, maka jangan lupa sebarkan pujianmu, pengakuanmu hanya kepada Allah dengan rasa syukur yang mendalam dan sertakan taubat (mohon ampun-penyesalan) atas semua kelalaian, kesalahan, ke-alpaan, ke-abaian yang sering muncul di-duga dan juga sering tak terencana. Agar Allah terus lindungi kemenangan itu sebagai fitrah ketauhidan kita, sebagai amanah dalam kehidupan dunia, sebagai bentuk meluaskan kemanfaatan, tidak dalam kesombongan, apalagi melepas rasa bergantung kepada Allah. Na’udzubillah
Kemenangan adalah jalan manusia memantaskan ketauhidannya kepada Allah melalui amanah yang dipikulnya, konsisten menebar kebaikan, membaikkan keadaan, menjalankan semua yang menjadi tanggung jawabnya. Dan semua itu bingkai besarnya adalah untuk mengajak manusia agar taat kepada Allah Swt. Jika semua pekerjaan sebab kemenangan dilaksanakan untuk taat kepada perintah Allah, maka semua kemenangan akan menjadi keberkahan dan jalan manusia benci kepada Dosa dan kesalahan. Wallahu A’lam