Medan –Jebakan yang paling besar pada diri manusia itu berbuat salah. Tapi kesalahan selalu tidak pernah direncanakan. Kesalahan sering disebabkan kelalaian, kealpaan, sering juga disebabkan hilang kendali. Tapi hakikatnya manusia yang berbuat salah tidak akan pernah merencanakan kesalahannya. Namun banyak manusia yang menikmati kesalahannya, inilah yang menjadi alasan kenapa hukuman menjadi rancangan atas semua kesalahan. mengutamakan maaf
Maaf akan menjadi nilai khusus sebagai pengobat kesalahan. Allah juga mengisyaratkan itu sebagai bagian dari jati diri kemanusiaan. Dalam Alquran Surah Ali Imran ayat 134 Allah menegaskan “…. dan juga orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Sebaik-baik manusia seharusnya mampu mengutamakan maaf sebagai jati diri hidupnya. Sebab semua manusia akan terjebak pada kesalahan, dan pada sat itu dia membutuhkan maaf sebagai penawarnya.
Maaf Punya Kekuatan Tersendiri
Memaafkan dan meminta maaf punya kekuatan tersendiri. Memaafkan harus memiliki energi kuat memantaskan keadaan, menerima yang telah terjadi, memaklumi perbedaan, tidak membenci yang berbuat salah, tetap bersikap biasa dalam setiap keadaan. Semua itu perlu energi yang tinggi, energi keikhlasan dan menerima keadaan.
Meminta maaf juga perlu energi yang dahsyat. Sebab meminta maaf butuh pengakuan kesalahan, menjatuhkan diri, mematikan kesombongan, siap berjanji memperbaiki diri. Maka sangat penting memaafkan kesalahan orang yang sudah meminta maaf. Sedangkan tanpa meminta maafpun selayaknya kita memaafkan, apalagi langsung meminta maaf.
Untuk menguatkan diri bisa memaafkan, ada pertanyaan yang penting menjadi senjata, pertama, seberapa hebatkah diri kita sehingga kita sulit memaafkan. Kedua, apakah kita bisa memastikan bahwa diri kita tidak akan terjebak pada kesalahan. Ketiga, apakah kita tidak butuh kemaafan pada saat kita berbuat salah. Setiap amarah sebab disakiti, dicurangi harus menghasilkan ketundukan. Tunduk kepada Allah sebab bisa saja selama ini ada aniaya yang pernah kita lakukan kepada orang lain. Kedua, semua rasa amarah itu akan menjadi alat mengukur diri, dan yang terbaik bisa menjadi sarana mengokohkan penyesalan dan permohonan ampun kepada Allah Swt.
Berharap Pada Kemaafan Allah
Ketika manusia sudah memaafkan, maka berharaplah pada kemaafan Allah (Al’afwu). Karena kemaafan Allah akan berhubungan dengan keampunan dosa, perbaikan kualitas hidup, kuatnya keistiqomahan amal dan kebaikan. Semua menjadi simbiosis, yang paling menarik akan muncul rasa ke-tawadhu’an dan tidak berpeluang sombong.
Falsafah maaf akan menjadi nilai yang integratif antara kebaikan dan keimanan. Perjalanannya sangat humanis tapi penyerahannya sangat tawhidi.
Memohon kepada Allah agar kesalahan orang kepada diri menjadi jalan mengampunkan dosa, rasa sakit hati tidak menjadi jalan mendoakan keburukan orang lain. Simpanlah dengan baik, ber-istighfar-lah, genapkan rasa memaafkan sebagai jalan memperbaiki diri, bukan dihadapan manusia, tapi di hadapan Allah Swt.
Umur akan menjadi media terbaik untuk menyempurnakan prilaku. Dalam perjalanan itu pasti ada kesalahan, sengaja dan tidak sengaja, kesalahan sengaja-pun tidak boleh dinikmati. Karena merasa bersalah atas dosa adalah jalan awal memperbaiki diri. Allah yang Maha Mengetahui-pun tetap memaafkan, tetap mengampuni. Karena pelajaran terbaiknya, ketika manusia mampu menempatkan keampunan dan kemaafan sebagai jalan mendewasakan amal dan kebaikan.
Berbahagialah Jika Bisa Memaafkan
Berbahagialah jika sudah bisa memaafkan. Sebab itu jalan tebaik agar kita juga kelak akan dimaafkan. Bahkan sebelum terjadi maafkanlah. Sebab kemaafan itu akan menjadi cara untuk memaklumi kekurangan, kesalahan, kealpaan, ke-abaian.
Persahabatan akan manis jika sudah disajikan dengan kemaafan, kekeluargaan akan sangat harmonis jika sudah dirancang dengan penuh kemaafan. Suami istri akan saling menyayangi jika sudah lebih dahulu memaafkan sebelum ada kesalahan. Dan bahkan kita menjadi hamba terbaik pada saat kita memohon ampun dan Allah mengampuni.
Semoga kita menjadi manusia pemaaf dan semua kesalahan akan diamaafkan. Jika maaf sudah terurai, maka rahmat Allah akan mengalir, bukan hanya dari bumi bahkan rahmat dari langit pun akan diturunkan Allah Swt. (Ar-raahimuuna yarhamu humurrahman..irhamuu man fil ardh yarhamukum man fissamaa’} wallahu a’lam.
Penulis: Sekretaris MUI Kota Medan