“Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui segala sesuatu”(QS. an-Nisa’ [4]: 32).
Hasad adalah perasaan iri hati atau dengki terhadap orang lain yang dikaruniai kenikmatan oleh Allah. Orang yang berpenyakit dengki akan merasakan tidak senang, marah, tersiksa, sakit hatinya bila Allah SWT mengaruniai salah seorang hamba-Nya kenikmatan berupa ilmu, harta, kedudukan, derajat atau pangkat, menjadi dicintai orang banyak, nasib baik, beruntung, dan kenikmatan lainnya.
Sehingga ia akan merasa senang atau puas apabila anugerah itu sirna dari orang tersebut sekalipun dengan kedengkiannya ia tidak memperoleh keuntungan apapun. Orang yang dengki ini merasa susah jika melihat orang lain senang, dan merasa senang jika orang lain susah.
Hasad (dengki) adalah penyakit hati yang berbahaya. Sifat buruk ini merupakan puncak dari segala kejahatan, karena jika sifat dengki ini dibiarkan tumbuh akan mendorong timbulnya perbuatan atau tindakan (hasud) untuk menghilangkan keberhasilan atau kenikmatan orang yang didengkinya itu lenyap dengan berbagai cara.
Tak jarang dia berusaha mencelakakan orang yang dia dengki baik dengan lisan, tulisan ataupun perbuatan, seperti menjelek-jelekkan orang yang didengkinya, memfitnah, dendam, bahkan ingin mencelakakannya; karena kedengkian dapat membuat hati seseorang buta (ingat kisah Qabil dan Habil).
Karena itu Allah Swt. menyuruh kita berlindung dari kejahatan orang yang dengki: “Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki” (QS. al-Falaq [113]: 5). Kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita. “Hindarilah sifat dengki karena ia akan memakan amalan kamu sebagaimana api memakan kayu yang kering” (HR. Bukhari dan Muslim).
Orang yang di dalam hatinya ada penyakit dengki merasa tersiksa sepanjang hidupnya di dunia hingga kematian merenggut jiwanya. Sebab-Sebab Munculnya Penyakit Iri Hati, Dengki (Hasad) adalah sebagai berikut:
Pertama, perasaan dengki bisa terjadi karena orang tersebut merasa diri mereka lebih tinggi, lebih mulia, lebih kaya dan lebih berharga dari orang lain. Sering terjadi pada hati dan jiwa manusia, bahwa dirinya merasa yang paling terhormat, lebih pintar, lebih suci, lebih berhak dan seterusnya.
Orang semacam ini akan bahagia kalau orang lain membenarkan semua anggapan dan perasaannya. Dalam keadaan seperti itu, ia lupa akan kelebihan dan kemuliaan orang lain.
Manakala orang lain tidak mengakui dan tidak mau merespons segala perasaannya itu, ia akan menyebar kedengkian. Ia juga dengki jika melihat orang lain lebih mulia, lebih tinggi, lebih kaya dan lebih pintar dari dirinya.
Kedua, gemar dengan kedudukan dan jabatan. Ada orang yang suka sekali menjadi pemimpin, ini bagus. Tapi ada juga orang yang hanya mau menjadi pemimpin dan tidak mau dipimpin, ini yang tidak bagus.
Sebab, yang terakhir ini targetnya adalah kedudukan atau jabatan, bukan tanggung jawab memegang amanah sebagi pemimpin. Ia hanya selalu ingin berada di atas, tidak mau ada di bawah.
Orang seperti ini, jika karena satu dan lain hal menjadi bawahan, akan selalu merasa dengki terhadap atasannya. Tidak mustahil ia melakukan aksi baik terang-terangan atau sembunyi-sembunyi untuk tujuan menjatuhkan atasannya. Sebab dalam hatinya selalu berbisik, ”seharusnya saya yang pantas duduk disana, bukan orang lain”.
Ketiga, rasa permusuhan dan kebencian. Ketika seseorang merasa dirinya dimusuhi dan dibenci, secara manusiawi, orang tersebut akan merasa dengki terhadap musuhnya itu. Ia akan menyumpahi musuhnya dengan kemelaratan, ketidaksenangan dan kehancuran.
Jika ia merasa mampu, ia akan melakukan upaya untuk melenyapkan kebahagiaan musuhnya itu. Jika sudah sampai pada tingkat seperti demikian, tentu ini adalah dosa besar yang dilarang keras agama. Perasaan dengki mungkin pernah terjadi pada setiap diri manusia, namun ia tidak boleh memeliharanya di dalam hati dan membuangnya jauh-jauh dari dalam hatinya.
Jangan sampai kita menebar benih kebencian dan permusuhan terhadap orang lain. Kebencian dan permusuhan akan terus bergulir dari waktu ke waktu dan dari generasi ke generasi berikutnya jika tidak kita hapuskan.
Keempat, jiwa yang buruk dan sikap kikir. Yakni jiwa yang selalu tidak senang dan merasa gelisah melihat keberhasilan orang lain, sebaliknya jika ada orang lain ditimpa musibah dan kesusahan ia merasa senang. Jiwa semacam ini melahirkan sifat enggan atau kikir dalam berbuat baik.
Ia sama sekali tidak mau memberikan bantuan terhadap saudaranya yang membutuhkannya. Ia enggan membagi rezeki yang diperolehnya kepada orang lain, dan lebih suka melihat saudaranya hidup dalam kesengsaraan dan kesedihan. Sifat dengki ada pada watak manusia karena manusia tidak suka diungguli orang lain dalam kebaikan apapun.
Terkait perasaaan dengki ini, manusia terbagi menjadi beberapa kelompok, yakni: Kelompok pertama, adalah orang yang tidak suka melihat nikmat yang diperoleh orang lain secara mutlak.
Ia merasa sakit hati dan menderita karena adanya nikmat pada orang lain, segala cara ia lakukan untuk melenyapkan nikmat tersebut dari orang yang didengkinya, merasa sangat senang dan puas jika nikmat tersebut hilang. Jenis ini terbagi lagi menjadi dua tipe manusia:
- Orang yang berusaha menghilangkan kenikmatan yang ada pada orang yang didengki dengan berbuat zalim kepadanya, baik itu dengan perkataan maupun perbuatan. Kemudian berusaha mengalihkan kenikmatan tersebut kepada dirinya.
- Orang yang berusaha menghilangkan kenikmatan dari orang yang ia dengki tanpa menginginkan nikmat itu berpindah kepadanya. Kelompok pertama ini termasuk dengki yang tercela, dilarang dan merupakan dosa, seperti iblis yang dengki kepada Nabi Adam as, yang mana iblis tidak henti-hentinya berusaha mengeluarkan Nabi Adam a.s. dari Surga hingga akhirnya Beliau dikeluarkan darinya.
Allah SWT menjelaskan dalam banyak ayat al-Quran tentang hal itu. Seperti firman-Nya: “Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang Allah telah berikan kepadanya?…” (QS. an-Nisa’ [4]: 54).
Kelompok kedua, adalah orang-orang yang tidak mampu mengusir rasa dengki dalam hatinya. Jenis manusia seperti ini, jika dengki kepada orang lain, mereka tidak berbuat zhalim kepada orang yang ia dengki, hanya saja ia memiliki perasaan tidak suka ketika melihat keadaan orang lain lebih baik darinya.
Orang-orang semacam ini ingin agar Allah hanya memberi nikmat kepada dirinya saja dan tidak kepada orang lain. Dan ketika ia telah menadapatkan nikmat yang sama atau berlebih daripada orang yang didengkinya, maka ia tidak memiliki rasa dengki sama sekali kepada orang yang didengkinya dahulu.
Kelompok ketiga, yakni tipikal orang-orang yang mana jika muncul rasa dengki di dalam hatinya, ia tidak mengharapkan nikmat yang ada pada orang yang didengkinya itu hilang, melainkan ia berusaha mendapatkan kenikmatan yang sama dan ingin seperti orang yang didengkinya tersebut.
Jika kenikmatan yang dikejarnya adalah kenikmatan dunia, maka itu tidak ada nilai kebaikannya, seperti perkataan orang-orang yang mabuk dunia, “…Mudah-mudahan kita mempunyai harta kekayaan seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun…” (QS. al-Qashash [28]: 79).
Namun apabila kenikmatan yang dikejar itu adalah kenikmatan akhirat atau yang berkaitan dengan perkara agamanya, maka itu baik. Rasulullah SAW membolehkan kita umatnya untuk memiliki sifat iri hanya dalam dua perkara, pertama dalam hal bersedekah dan ilmu.
Sebagaimana yang dikemukakan Nabi, “Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan pada jalan yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari).
Jenis dengki seperti ini dinamakan ghibthah atau disebut juga munafasah (persaingan sehat). Persaingan sehat bukanlah sesuatu yang tercela, bahkan merupakan kebaikan yang terpuji.
Kelompok keempat, adalah orang-orang yang jika mendapati sifat dengki muncul di dalam hatinya, ia berusaha segera memusnahkannya, berbuat baik kepada yang didengki, mendoakannya dan menceritakan kelebihan-kelebihan orang yang didengki.
Dia tidak hanya berusaha menghilangkan rasa dengki pada dirinya namun dia juga berusaha menggantikannya dengan rasa senang melihat saudaranya lebih baik lagi. Ini termasuk derajat iman tertinggi. Orang yang seperti ini adalah mukmin sejati yang mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya. WASPADA
Guru Besar Fakultas Ushuluddin Dan Studi Islam UIN Sumatera Utara