Setelah ber aqad dengan syahadat, semua orang beriman terpanggil dengan seruan syahadat. Semua ibadahnya, hidupnya hingga matinya dijalankan atas perintah Allah, dilaksanakan sesuai panduan Rasulullah. Seruan berikutnya ajakan menegakkan shalat. “hayya ala sholat”
Mari menegakkan shalat. Ajakan yang bukan hanya menyentuh ruang ide, tapi harus berbekas pada sikap, kepatuhan. Bersentuhan pada attitude kehidupan. Shalat menjadi media dasar manusia mempertegas keislaman dan keimanannya. Alat ukurnya konsistensi (keistiqomahan). Sentuhannya bukan hanya sekedar ritualistic. Tapi sudah menyerang semua sendi jasmani dan ruhaninya.
Gerakannya dimulai dari “tidak meninggalkan shalat” sebab adzan menjadi symbol ajakan ketaatan. Sebenarnya bukan hanya tentang shalat. Tapi semua gerak hidup manusia yang di mulai dari shalat. Setelahnya, maka semua orang-orang yang shalat akan memakmurkan masjid sebagai tempat shalatnya. Tempat dimulainya keseragaman mematuhi semua aturan- aturan Allah.
Bergegas ke masjid, senang dan bahagia ber-masjid. Masjid sebagai fasilitas semua muslim. Masjid menjadi wadah keberimanan, impelemntasi, ekspresi dan berlindungnya semua muslim. Tidak ada masjid yang eksklusif. Sebab ketika sudah dinamakan masjid, maka didalamnya terpelihara hak Allah yang tidk boleh disekat oleeksklusivisme.
Baguskan shalatmu. Sentuhan fiqh-nya harus sempurna, tidak hanya berhenti pada wilayah yang wajib, yang sunnah dan yang dianjurkan harus menjadi ketegasan betapa shalat menjadi cara orang-orang beriman merindukan Tuhan-nya. Sempurnakan sentuhan itu dengan pendekatan lainnya, tasauf, tauhid, amalan-amalan untuk menjadikan shalat itu sebgai “gerak aktif” mengenali esensi kehambaan, esensi ketuhanan. Yang ketika semua itu sudah didapati. Maka semua manusia akan bertemu dengan ke-paripurna-annya.
Mari menegakkan shalat. As Shalatu mi’rajul mu’min (shalat itu mi’rajnya seorang mu’min). energinya vertical, hadiah dan implementasinya horizontal. Jangan terbalik. Shalat bukan untuk mendapatkan eksistensi dunia. Shalat itu mempertegas bukti kehambaan, mengurai kepatuhan, mempercantik rasa cinta dan kesetiaan. Dan bonusnya adalah eksistensi dunia.
Manisnya shalat bagi orang beriman tidak semata-mata bersentuhan lewan kesaksian lisan. Manisnya shalat itu akn merubah karakter kehidupan, tidak hanya kepentingan pribadi. Tapi justru memantapkan keber-pengaruh-an dirinya pada kebaikan banyak orang. (inna shalata tanha ‘anil fakhsyaa’I wal munkar).
Falsafah hayya ala shalat menjadi nilai penting dan sangat tekhnis. Karna dari seluruh lafadz adzan hanya kalimat inilah yang mempertegas jenis kepatuhan yang harus dikerjakan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah Swt. Wallahu a’lam