“Manusia dirancang untuk berprestasi, direkayasa untuk meraih sukses, dan dianugerahi benih-benih kebesaran. Zig Ziglar. Anda dapat memimpin perubahan, atau perubahan yang memimpin anda. { Tama Sinulingga (ed). Dalam Jangan Mau Jadi Paku, Jadilah Palu, Harvest Privat Publishing, 2007 h 189&191}”
Pernahkah kita berteduh digelapnya pesimis. Semua terasa begitu menjemukan, tak bergairah bercampur kebosanan yang terdalam. Ketika itu hidup masih bertuturkan kepenatan. Semua yang dilakukan tak memiliki orientasi yang jelas. Semua perjalanan waktu tak mendetakkan makna yang seharusnya menjadi simpulan dan raihan masa depan. Tak ada motivasi untuk menang, untuk bahagia, dan untuk mencari seberkas nilai yang bisa menjadi rujukan kebahagiaan dimasa mendatang.
Waktu-waktu yang begitu sesak terkadang mau menyapa kita sebentar, mengiringi laju romantisme mimpi, sehingga menghadiahi tangis dan kecewa di panjangnya mimpi itu. Bisa juga ia seolah mempertanyakan kembali tentang isyarat hidup. Untuk apa hidup yang dijalani ini. Apa nilai maksimal yang harus ditempuh. Kalau sudah didapat, mau apa lagi… dan seterusnya. Meskipun ia akan usai dengan sendirinya, tapi ia sudah memberi seberkas nilai yang bisa membungkus kemauan menjadi kebisuan.
Kali ini, kita sedang belajar menjadi pemenang. Belajar menegakkan kepala menengadah ke atas pertanda siap bercermin pada luasnya langit. Mendeskripsikan biru awan menjadi titik nadir yang siap mengantarkan kita untuk mengatrol laju diri meraih singgasana tertinggi disebuah keberhasilan. Kali ini, kita sedang belajar dari kemunafikan yang biasa kita jadikan sebagai backing hidup untuk memperoleh popularitas diri. Saat ini, kita sedang menguji ketahanan prilaku untuk bertindak tegas atas nama kebijaksanaan demi memunculkan sebuah isyarat.., akulah pemenangnya kali ini.
Menang dari hidup yang mendustai nilai, menang dari prilaku yang mencemoohkan keadaan, dan menang dari tandusnya kebaikan demi merajut kehebatan. Semua hanya terbungkus dengan secabik perbuatan berbalut dosa dan salah. Semuanya menjadi biasa-biasa saja, sebab dosa dan salah sudah direvisi ulang menjadi sebuah kebiasaan yang berbuah kebaikan. Mari beranjak untuk berjalan dari menang bohongan. Meski tertatih, harus tetap berani. Berani menolak bahagia demi kemenangan yang riil dalam sebuah pertarungan diri.
Katakan.., “ akulah pemenangnya “ yang menang adalah yang memutuskan. Memutuskan bertindak demi kelanjutan sebuah keputusan hidup dan suasana itu. Menang tak selamanya bahagia, sebab, menang adalah indikasi lain dari sebuah ketenangan. Menang dalam kekalahan, adalah kekalahan yang memberi ketenangan. Tenang dengan menerima sesuatu yang tak dipunyai, menghargai kehebatan orang lain, dan belajar dari kelemahan diri. Seorang pemenang adalah seorang yang menerima kekalahannya untuk tidak terulangi di kesempatan selanjutnya. Orang yang kalah adalah orang yang berhenti berjuang di kemenangannya kali ini. Maka memilih tempat antara menang dan kalah menjadi ruang bijaksana yang membutuhkan netralitas diri untuk mendambanya.
Jangan mau terus-terusan menjadi orang yang kalah, sebab kekalahan yang konsisten hanya akan menunjukan betapa tidak pedulinya kita terhadap sebuah kemenangan. Hanguskan pesimistis dari setiap langkah hidup, nayatakan padanya bahwa kali ini kau sedang berjuang menjadi lebih baik setelah kekalahan itu, kekalahan itu memuakkan tapi harus mendewasakanmu untuk lebih baik lagi. Apapun kekalahan yang kau alami kali ini, maka pastikan kekalahan itu bukan batu sandung yang mematahkan lari kencangmu selama ini.
Kemenangan akan datang sesuai waktunya, meski kehadirannya membutuhkan jemputan konsistensi diri, perjuangan hidup dan keteguhan semangat yang berakumulasi menjadi sebuah kebijakan dan tindakan. Jangan biarkan pesimistis itu menggerogoti warna hidupmu. Sebab ia hanya akan membuat dirimu mendua di kebisuan panjang sebelum kau mendapatkan sesuap pernyataan yang bisa membangkitkan kembali gairah hidup.
Tunjukan dan buktikan pada Tuhan bahwa kehidupan yang diberikanNya padamu kali ini, bukan sebagai reruntuhan sikap yang mulai meragukan keadilanNya, tapi kehidupan yang diberikanNya padamu, adalah kehidupan yang memacu garapan semangatmu, untuk memaksimalkannya dalam bentuk taji diri. Semua waktu kau gunakan untuk mencari kemenangan, meski mendapatkannya butuh kekalahan terlebih dahulu, dan kekalahan itu adalah awal siasatmu mencari trik baru untuk memenangkannya. Semua orang punya kesempatan untuk menang. Meski kemenangan itu tak semudah melegowokan kekalahan.
Orang yang menang setelah kalah, biasanya ia orang yang bisa lebih matang menyikapi kemenangannya kali ini. Sebab kemenangan yang beroleh syukur, adalah kemenangan yang sebelumnya mengecewakan, sebab ia hadir tidak pada waktu yang diinginkan, ia hadir di saat kau sangat merindukannya, dan kau hanya melepaskan kehendak itu pada Dia yang memberi kemenangan itu. Penghargaan terbesar bagi sebuah kemenangan adalah pertanggung jawaban menjalani, merasakan dan mengerjakan kemenangan itu semaksimal mungkin. Penghinaan terbesar bagi sebuah kemenangan adalah pengecilan tanggung jawab kemenangan itu, karena kau merasa sangat mudah meraih kemenangan itu.
Kali ini, tanamkan dalam diri, bahwa aku, kau dan kita adalah pemenang dalam hidup ini. Realitas kemenangan akan sangat beragam. Jangan pernah berburuk sangka pada Tuhan yang tak menyamakan kemenanganmu seperti orang lain, karena setiap kemenangan pasti punya perbedaan. Maka, kemenangan terbesar adalah kebesaran hati yang berbuah rasa tanggung jawab ketika menerima amanah kemenangan itu. Hidup yang menang adalah hidup yang menepis semua keburukan, kejelekan dan kesalahan menjadi awal perolahan kebaikan, kebaikan, dan kebenaran.
Penyesalan yang tak bersanding perubahan hanya akan menghasilkan kekalahan, penyesalan yang dibarengi dengan perubahan akan memberi kemenangan. Jadilah pemenang dalam setiap sikap hidup yang sudah di ambil. Meski tak hari ini, tapi pastikan esok dan lusa kaulah pemenangnya. Buah dari pesimis adalah optimis, caranya dengan berguru pada kepesimisan. Semua orang punya salah dan gagal. Kegagalan terbaik adalah cermin diri untuk berhasil kelak.