Hidayat, Ahmad (2021) Pelaksanaan Salat Pada Masyarakat Nelayan Ketika Melaut Menurut Mazhab Syafi'i (Studi Kasus Desa Nagur, Kec. Tanjung Beringin, Kab. Serdang Bedagai). Other thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
|
Text
SKRIPSI AHMAD HIDAYAT Pdf.pdf Download (1MB) | Preview |
Abstract
Salat merupakan rukun dan tiang dalam agama Islam, orang yang menjaga salatnya, maka agama dan hidupnya akan terjaga, orang yang melalaikan salat, maka dia telah menghancurkan agama dan hidupnya. Salat adalah ibadah yang dilakukan oleh orang Islam dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah serta memohon atau berdo‟a yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam dan dilakukan dengan niat salat serta sesuai aturan yang telah ditentukan oleh syari'at Islam. Penelitian dilaksanakan penulis bertujuan untuk mengetahui pandangan nelayan tentang kewajiban melaksanakan salat di perahu saat berlayar; mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan nelayan tidak melaksanakan salat; dan mengetahui pandangan Mazhab Syafi‟i tentang hukum salat fardhu pada saat berkendaraan (berlayar). Jenis penelitian ini adalah Deskripsi Analisis dengan menggunakan metode Penelitian Studi Lapangan (Field Research) yang mana pengumpulan datanya dilakukan melalui observasi, wawancara dengan narasumber untuk mendapatkan data-data yang sesuai dengan penelitian. Pandangan nelayan tentang kewajiban melaksanakan salat di perahu saat melaut bahwasannya pada saat mereka melaut, mereka harus melaksanakan kewajiban mereka sebagai seorang muslim yaitu melaksanakan kewajiban salat lima waktu dengan keharusan mengetahui masuknya waktu salat dan arah kiblat. Mereka melaksanakan dengan semampunya. Faktorfaktor yang menyebabkan nelayan tidak melaksanakan salat (a) Perahu berhenti sebentar atau jalan lurus tidak mengubah arah; (b) Tidak salat karena pakaian kotor; dan (c) Tidak salat karena fokus mencari ikan. Pandangan Mazhab Syafi‟i tentang hukum salat fardu pada saat berkendaraan (berlayar) yaitu salat boleh dikerjakan di atas kendaraan dengan menghadap ke arah dimana kendaraan tersebut menghadap, dan ketika itu gugur syarat bahwa salat harus menghadap kiblat. Hanya saja wajib baginya menghadap kiblat ketika takbiratul ihram. Sedangkan jika ia tidak mampu untuk menghadap kiblat, maka ia boleh menghadap ke arah yang ia mampu. Jika tidak memungkinkan baginya melakukan gerakan ruku‟ dan sujud, maka salatnya bisa dilakukan dengan isyarat.
Jenis Item: | Skripsi (Other) |
---|---|
Subjects: | 2X4 FIQH > 2X4.1 Ibadah 2X4 FIQH > 2X4.1 Ibadah > 2X4.12 Shalat |
Divisions: | Fakultas Syariah dan Hukum > Ahwal Syakhshiyyah > Skripsi |
Pengguna yang mendeposit: | Ms Novita Sari |
Date Deposited: | 30 Jul 2021 03:35 |
Last Modified: | 30 Jul 2021 03:35 |
URI: | http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/11938 |
Actions (login required)
View Item |